Pembuka

Assalammualaikum..

Rabu, 26 Oktober 2011

Catatan Audina Part III

Bismillahirrahmannirrahim.....
 (gambar didapat dari www.google.com)


Lagu Tiada Lagi-nya Mayang Sari sayup-sayup mampir ditelinga Audina yang sedang asyik melamun. Dia sibuk menerka apa yang dibicarakan Pak Pras dan Bu Arta tadi saat dia ke toilet. Pak Pras menyetir dengan kaku,wajahnya nampak muram. Tiba-tiba mobil berhenti. Audina mendongak kaget.
“Kok berhenti disini pak?”kata Audina pada Pras. Mobil berhenti disbuah taman yang nampak sepi. Audina melirik jam di dashboard, pantas sepi, pukul 9 malam.


“Kamu turunlah sebentar ada yang mau aku bicarakan..”sahut Pras dengan nada suaranya yang dingin.
Bak kerbau dicucuk hidung, Audina turun dari mobil,dia segera menyusul Pras yang telah duduk di sebuah bangku panjang dekat lampu taman yang cukup terang. Udara terasa dingin menusuk kulitnya dibalik gaun Biru yang dia kenakan.
“Pakai ini Di…” Prasetyo memberikan jas nya, dengan perasaan segan, sedikit enggan tapi daripada kedinginan, diterima juga jas itu dari tangan Pras.
“Terimakasih pak..”kata Audina sambil menempatkan diri duduk bersebelahan dengan Pras. Wangi jas ini begitu segar. Audina seperti mencium aroma citrus yang dipadukan dengan kayumanis. Tidak.kata Audina meralat..ini lemon. Bukan citrus. Mengapa penciumannya mendadak aneh.
“Kamu tau, sudah menjadi mimpi saya sejak kecil, sejak orang tua saya mewariskan perusahaan ini ,ingin membawa perusahaan ini menuju kemajuan yang besar..sehingga perusahaan kita dapat melebarkan sayap, membuka cabang dimana-mana..dengan begitu, perusahaan ini akan terkenal,nama ayah dan ibu ku juga akan dikenal banyak orang…”
“Salah satunya dengan kita menarik perusahaan milik Arta untuk menamkan sahanmya diperusahaan kita…karena si Arta itu ingin aku memiliki pasangan, maka kamu kujadikan kekasih ku..tentu saja, kekasih pura-pura saja….” Seperti ada penekanan dikata PURA PURA itu. Aku tak suka..aku pun tau diri..fikir Audina
“Lalu tiba-tiba saja, si Arta..itu adalah Mita..teman ku waktu SMA dulu..dia malah memintaku untuk menjadi kekasihnya dan memutuskan hubungan denganmu. Dia yang semula berfikir bahwa Prasetyo yang menawarkan kerjasama adalah seorang workaholic, yang tak memiliki perasaan, bertubuh gendut, suka main perempuan karena merasa berkuasa. Ia tak menyangka bahwa Prasetyo yang malam ini akan mengajukan proposal kerjasama dengannya itu, adalah Prasetyo yang dia impikan sejak SMA. Ya aku, yang dia cintai sejak dulu. Tapi aku dengan begitu bodohnya tak tau hal itu, aku yang begitu dingin sampai tak memperhatikan bahwa Mita mencintaiku….”
Rasanya argumentasi yang Pak Pras keluarkan terlalu sulit untuk dicerna oleh IQ diatas rata-ratanya…kalau memang inginnya bu Arta begitu..yaudah aja…kok pakai fikir-fikir segala..kata Audina dalam hatinya..
“Menurutmu..harus dengan cara aku berpacaran dengannya dan menikah dengannya kalau perlu, untuk mewujudkan semua cita-citaku, cita-cita orang tua ku Di??haruskah begitu?”kata Prasetyo dengan nada tinggi. Audina jadi kaget…memang harusnya begitu Pak..ya tinggal menikah saja..
“Tidak pak…tidak dengan cara seperti itu, kurasa..” Lah..kok jawaban yang keluar dari mulutnya malah berkebalikan dengan yang difikirkannya..wah..error connected nih…..
“Ya….benar Di..aku fikir pun begitu…apa aku harus mengorbankan perasaan demi kesuksesan?”
“Jujur saja..aku tak tau mengapa…aku mungkin belum menemukan gadis yang benar-benar tepat untukku..tapi aku yakin..aku akan segera menemukannya..aku hanya ingin menjajaki dulu kesendirian ini..Di….aku akan menghabiskan masa tua ku tapi entah mengapa rasanya bukan dengan Arta…” Prasetyo melanjutkan.
Tatapan mereka bertemu.
Ya ampun…fikir Audina..kenapa dadanya begitu bergemuruh.
Ia segera menundukan pandangannya.
“Sudah malam Pak. Saya harus pulang..”kata Audina memecah keheningan yang tercipta diantara mereka. Dengan langkah gontai, mereka kembali ke mobil.
***
Rumah itu terlalu sepi dan dingin..saat Prasetyo menutupkan pintu mobil di garasi, terasa angin menerpa wajahnya..Ya Ampun..sepi sekali rumah ini. Seperti tak bernyawa. Rumah ini besar..tapi tampak menakutkan kini..ia merasa sedikit pusing dan limbung saat membuka pintu utama..cahaya lampu menerangi penglihatannya yang sedikit buram..sambil menggosok-gosok tengkuknya yang sakit, jasnya disimpan begitu saja di salah satu sofa. Ia kemudian berbaring di sofa favoritnya..memandangi langit-langit sebentar..suara taman kecil didalam rumahnya memberi kehangatan pada hati dan jiwanya..sampai kapan Ya Allah…aku akan hidup dalam kesepian ini…bisik Prasetyo dalam hati…
Selepas shalat, ia merasa tubuhnya makin lemah dan sakit….tidur..ya..ia perlu segera tidur….memikirkan kejadian hari ini malah membuat kepalanya makin sakit…tapi ada seseorang dihari ini yang ingin ia fikirkan…dia sangat cantik dengan gaun Biru itu….Audina….ia pun terlelap..
***
Pagi-pagi buta, handphone Audina berbunyi..
“Ya.. Assalammualaikum..”sahutnya…ia segera duduk tegak..kantuknya hilang dengan segera…
“Baik pak..saya akan segera menelepon dokter pribadi bapak..iya,saya akan segera kesana..tidak masalah…iya..saya tau alamatnya pak…baik pak…sama-sama”ditutupnya percakapan…suara Pak Pras di telepon barusan membuat kantuknya hilang..merasa sedikit malu…wajahnya jadi memerah saat menerima telepon tadi, seolah takut Pak Pras akan tau bahwa ia tadi sedang asyik bermimpi dengan Bosnya itu. Audina segera menelepon dokter pribadi bosnya, lalu ke kamar mandi dan bersiap pergi ke rumah Prasetyo.
***


“Bagaimana keadaan bos saya dokter?”Tanya Audina setelah dokter selesai memeriksa Pak Pras.
“Tidak apa-apa, hanya kecapekan dan kurang tidur, ini obat untuk migrennya, diberikan bila perlu saja, karena dia sebenarnya tidak terlalu membutuhkan obat, tolong buat dia sedikit rileks, Di…mungkin Pras sedikit stress…”kata dokter sepruh baya yang mungkin, separuh dari sisa umurnya telah mengabdi sebagai dokter pribadi pada keluarga bosnya itu.
“Baik dok…”sahut Audina pelan. Selesai mengantarkan sang dokter ke depan pintu, datanglah wanita separuh baya, pasti ini Mbok Minah, pembantu paruh waktunya Pak Pras. Dulu Pak Pras sempat bercerita bahwa dirumah, tidak ada siapapun. Karena pembantunya hanya tinggal dirumah bahkan sebelum ia pulang kantor.
“saya Audina Mbok…asisten Pak Pras”kata Audina saat dilihat Mbok Minah memandangnya dari atas ke bawah
“Saya kira non pacarnya Den Pras…”kata Si Mbok malu-malu.
“Ada apa non, kok dokter Mikko sampai dipanggil….”
“Pak Pras sakit…”
“Den Pras orangnya jarang makan non….”kata Si Mbok kemudian..
“O..begitu ya…hmm..oya,makanan kesukaan beliau apa mbok kalo lagi sakit?”kata Audina
“Sup iga non…biar saya buatkan…”Audina menimbang-nimbang. Agak aneh memang bos nya ini. Seseorang yang vegetarian tapi suka makan sop iga bila sakit. 
“Biar saya yang buatkan mbok..”
“Baiklah..mari non..ikut dengan saya..” Mbok Minah mengajaknya ke dapur.
 Seumur-umur bekerja pada bosnya, bahkan ia belum pernah sekalipun menginjak rumah bosnya itu. Bosnya selalu menjaga privasi. Ia tak ingin ada hal yang menyangkut pekerjaan yang ia bawa ke rumah. Audina jadi teringat, ketika ada berkas yang belum ditandatangani oleh bosnya, bosnya lebih suka kembali ke kantor dibanding ia harus menyuruh Audina ke rumahnya. Hanya kali ini saja bosnya yang super galak itu menyuruhnya datang ke rumah. Itupun ketika sedang sakit. Sungguh terlalu….
Sebelum ke dapur, dilihatnya Pak Pras...ternyata dia masih tidur…kasian juga bos ku ini kalau lagi sakit….fikir Audina…
Di dapur, si Mbok tak banyak berbicara…seolah mesin yang sedang beroperasi, Audina dan si mbok sibuk dakam pekerjaan masing-masing…sesekali Audina bertanya ini itu, dan menyamakan resep sop iga  miliknya dengan resep si mbok, Audina lebih memilih menggunakan resep dirinya sendiri. Bismillah..semoga enak..soalnya kalau ga enak, bisa-bisa sop iga ini dia lempar ke mukaku..fikirnya..
“Permisi pak..” tanpa mendengar jawaban, Audina masuk ke dalam kamar super besar itu. Meletakkan makanan di meja dan menunggu…siapa tau bosnya mau bangun..
“Pak..pak…”kata Audina…akhirnya karena Prasetyo begitu lelap…
Audina memberanikan diri sedikit mengguncang tubuh bosnya itu..
“Pak..pak..bangun sebentar pak…”
Pelan-pelan..Prasetyo bangun…samar ia lihat wajah ibunya…ya..itu ibunya..ibu aku kangen sekali fikir Prasetyo..hampir saja ia memeluk ibunya…sebelum..
“Pak..ini saya Audina pak..”Audina yang merasa kaget karena tiba-tiba Pak Pras menghulurkan tangan seperti akan memeluknya, sedikit mundur dari tempat duduknya..
Hah..Prasetyo kaget..sekali lagi ia mengucek matanya…iya..ternyata memang Audina….
“Maaf ya Di..saya fikir kamu ibu saya..makanya tadi saya mau peluk..” kata Prasetyo salah tingkah
“Hehehe..iya pak..ngga apa-apa kok..ayo pak..makan dulu….Mbok Minah buatin sop iga nih buat bapak..”kata Audina sedikit berbohong, kalo tau aku yang masak, dia pasti takkan mau memakannya, fikir Audina. Pandangan Prasetyo yang kini sudah duduk tegak, segera memandang sop iga dalam mangkok lalu tersenyum…
“Ini pak..”Audina mengambil sop dan mencampurkannya pada nasi putih yang mengepul..
“Masih panas Di..tolong ditiupin dulu” ampun deh….kata Audina dalam hati. Dilihat wajah bosnya itu…sambil nyengir kuda, Audina pun dengan terpaksa meniupi makanan dalam piring itu sampai tidak ada uapnya…
“Kayaknya enak kalau disupin ya Di..soalnya tangan saya masih agak sakit..”hah????dokter bilang Pak Pras Cuma migren kok…lah ko malah tangannya juga ikut sakit sekarang…kembali dengan cengiran, Audina menurut juga..
“Buka mulutnya pak..Bismillahirrahmannirahiim..”sambil menyuapi Pak Pras. Satu sendok..dua sendok…tiga..empat..lima..enam..sepuluh..sampai sop iga nya pun ludes tak tersisa hanya tinggal tulang-tulangya saja…weleh-weleh..katanya susah makan..ini sih gembul..bukan susah makan..fikir Audina geli sambil sedikit lega juga karena Pak Pras memakan masakannya dan tidak melempar sop itu ke wajahnya.
“Alhamdulillahirabbilalamin…”suapan terakhir selesai..setelah itu, Audina menyodorkan 1 ples obat yang dokter berikan, Pak Pras ambil satu lalu segera diminum obat itu.
“Kenapa kamu bohong?”
“Apa pak..maaf..?”bohong?tentang apa?fikir Audina
“Yang buat sop iga itu bukan Mbok Minah kan?”nah lo..ketauan.mampus gue..sopnya memang udah abis..tapi mangkoknya masih ada kan..mati aku kalo mangkok itu dilempar si bos tepat dimukaku..fikir Audina..
“Ma..maaf..pak..maaf..ampun pak…iya saya ngaku salah..saya bohong..sebenarnya saya yang buat sop iga itu..karena bumbu yang biasa dipakai Mbok Minah buat bikin sop, agak aneh..makannya saya pakai resep yang dulu ibu saya ajarkan..maaf atas kelancangan saya..saya tau sop nya pasti aneh dan ga enak..ga sesuai harapan bapak…maaf ya pak…maaf sekali..bapak boleh lempar mangkok itu ke wajah saya kalau bapak mau..”entah mengapa..rasanya sangat menyesakkan..Audina hampir saja menangis..
Tapi ia sedikit lega..karena didengarnya Pras malah tertawa..tawanya begitu renyah dan enak didengar..
 “Hmm..pertama, saya suka sekali sop iga buatanmu, karena mengingatkanku pada masakan ibuku…saat aku sakit, ibu selalu membuatkan sop iga.. tapi sop iga buatan Mbok Minah..tak pernah menyamai rasa sop iga buatan ibuku..rasanya sungguh enak..dan masakanmu hampir menyamai masakan ibu”
“Mbok Minah selalu dan selalu saja terlalu lama merebus wortel sehingga wortelnya kurang fresh dan warna kuah sop nya menjadi tidak segar..iganya pun selalu kurang matang…beda sekali dengan sop buatanmu..jadi aku sebenarnya sudah tau sejak awal kalau itu bukan buatan Mbok Minah…”Pras menghela nafas sebentar
“Kedua..sejahat jahatnya dan segalak-galaknya saya padamu..apa pernah sampai aku kasar padamu? ya mungkin kasar pernah..tapi apa pernah aku memukulmu, menendang, bahkan melempari wajahmu dengan sesuatu saat pekerjaanmu salah?tidak kan..aku harap kamu bisa mengubah cara pandangmu terhadapku..aku bukan seorang bos yang suka bertindak kasar pada perempuan..”suara Pras sedikit bergetar..mungkin ada sedikit kemaran menyelip disitu. Jleb!rasanya hati Audina sangat sakit..ya..ia akui..terlalu kejam menilai Pras..ia terlalu jahat menilainya..air mata pun mulai mengalir tanpa bisa dihentikan…
“Ma..af pak…”kata Audina..Pras memandangnya dengan lembut..melihat air mata dipipi gadis itu..ingin sekali ia menghapusnya…Audina cepat-cepat mengahapus air matanya….
“Yang ketiga”kata Pras melanjutkan
“Kalau kamu istriku, aku akan menghapus air matamu itu, memelukmu dan takkan pernah kubiarkan kamu menangis..”Audina melongo. Kata-kata tadi membuatnya ingin segera pergi dari tempat itu.
“Sa..saya permisi dulu pak..”Audina dengan tergesa gesa membereskan nampan dan segera menuju ke pintu
“Di…”Audina menoleh
“Terimakasih untuk hari ini….tolong agenda rapat hari ini di cancel saja, aku masih butuh istirahat..”Audina menganguk. Pintu itu segera ia tutup.
***
Memikirkan apa yang dikatakan Pak Pras padanya pagi itu membuat dia tak konsentrasi..tanpa membuang waktu, begitu si mbok menerima nampan berisi piring dan mangkok itu, ia segera berpamitan pulang. Kini di dalam taksi, kepala Audina serasa bedengug-dengung..kata-kata Prasetyo begitu menggema dalam benaknya “Kalau kamu istriku, aku akan menghapus air matamu itu, memelukmu dan takkan pernah kubiarkan kamu menangis..” apa maksud dari kata-kata Pak Pras..mungkin ia sedang ngelindur.atau mungkin pengaruh obat dari dokter Mikko…ya..pasti begitu..
Suara Handphone nya memecah keheningan di dalam taksi itu. Audina melihat nama yang tertera disitu. BOS JUTEK. ..aduuh…gimana nih…angkat jangan ya..malas sebenarnya menerima telepon dari Pak Pras, apalagi sejak kejadian tadi.hush!aku harus professional fikir Audina..
“Assalammualaikum Pak..”
“Kamu sudah sampai rumah?”
“Belum Pak, kenapa memangnya Pak?”
“Ngga saya tadi lupa bilang, kalau hari ini kamu saya izinkan tak usah ngantor..kamu pasti capek tadi sudah mengurus saya..lagipula ini sudah pukul 9. Terus kamu tak usah membatalkan agenda rapat, karena saya sudah menelepon ke kantor..”ya ampun..ko tumben dia baik…nyuruh aku ga ngantor, pasti ada maunya nih Si Bos. Bekerja setengah tahun dengannya sudah cukup untuk mengetahui sifat bosnya itu.
“Oya, nanti jam 4 sore saya jemput ke rumah ya..ada yang mau saya bicarakan..” tuh kan…..
“Dandan yang cantik..karena kita akan bertemu seseorang yang penting..” huff..siapa?
“Baik Pak..”hanya itu yang keluar dari mulutnya..padahal berjuta tanya menggelayuti fikirannya..
“Assalammualaikum Di..” nah kan..ini nih, gak lazim, biasanya aku lagi ngomong aja telepon sudah dia matikan, ini tumben dia ngasih salam.fikir Audina lagi
“Waalaikumsalam Pak..” telepon terputus.
Pak Prasetyo mungkin sedang tersenyum diseberang sana karena merasa menang telah membuat Audina salah tingkah dan GR. Tidak..takkan kubiarkan dia merasa menang..membayangkan sekarang bosnya tertawa-tawa membuat hatinya kesal.. ingin rasanya menonjok kursi taksi didepannya.
***
Jam 4 teng, Pak Pras sudah mengetuk pintu rumahnya, ia pun segera bergegas pergi setelah ia berpamitan pada ayahnya yang sedang di kamar mandi.
Wangi itu begitu menyeruak saat pintu dibuka. Wajah Pak Pras sangat tampan..ya ampuun…kenapa ia malah memandang wajah bosnya..
“Siap untuk pergi” kata bosnya..
“Eh ayahmu mana, aku mau berpamitan..”
"Sepertinya ayah sedang di kamar mandi, Pak.Gak apa-apa, ayo kita pergi saja..” kata Audina sedatar mungkin.
Pras mengernyitkan dahi mendengarnya..tapi akhirnya ia mengekor dari belakang..
“Ada apa dengan mood mu nona?” Tanya Prasetyo saat dilihatnya Audina diam aja di mobil. Dia tak seperti biasanya.
Apaan sih..sok akrab banget..emangnya situ pacar aku??kayak yang tau aku aja..ingiin rasanya Audina mengatakan ini..tapi ia hanya memendamnya..
“Saya hanya sedikit kecapekan Pak..maaf ya Pak.”
“Oke kalau gitu..aku yang salah, malah mengajakmu pergi tanpa menanyakan dulu kesediaanmu…kamu ingin kita tetap pergi atau..kita pulang lagi ke rumah?”so sweet..ikh Audina makin sebeell..
“Tidak apa-apa kok Pak..sudah nanggung juga..memangnya kita mau kemana Pak?”kata Audina
“Hmm….”sahut Pras
“Kita ketemu dengan Arta..”o…..pantas dia menyuruhku dandan yang cantik..fikir Audina..hatinya kembali menciut…dia fikir bos-nya itu akan mengajaknya jalan-jalan atau nonton?heyy..bangun nona..dia bukan pacarmu..dia bos mu..bos yang sedang memanfaatkanmu..sadar..sadar…Audina tanpa sadar menggeleng kuat-kuat..
“Kamu tak mau ketemu Arta?”
“Eh bukan kok pak..ngga..ya ayo aja kok pak…itu cara saya untuk menghilangkan kaku di kuduk saya pak..” pinter ngeles ni yeee…fikir Prasetyo geli..
Rumah itu terlalu mewah dan megah…bahkan ia sampai speechless. Rumah bu Arta 3x lebih besar dari rumah Pak Pras..itu berarti 20x lebih besar daripada rumahnya….ini rumah atau gedung parlemen sih..besar amat..fikir Audina..
“Hai Pras..” bu Arta menyambut kedatangan kami di depan pintu…
“Hai Mita..” kata Pak Pras
Sekonyong-konyong bu Arta menempelkan pipinya pada pipi Pak Pras..Pak Pras nampak tak enak. Sedangkan pada Audina, bu Arta hanya bersalaman sekilas.
“Mari masuk Pras..ayo kita ke ruang tamu”
Rumahnya lebih tepat disebut dengan galeri lukisan. Begitu banyak lukisan menghiasi rumah itu, ada tangga super besar dan sebuah lift disebelahnya. Lampu kristal memantulkan cahaya keemasan, Audina akui, bu Arta memiliki cita rasa yang tinggi dalam memilih dekorasi rumah ini. Tirai-tirai tebal berwarna marun menggelayut manja pada jendela-jendela yang tinggi. Didalam ruang tamu, lebih indah lagi, ada sepasang kursi sofa berwarna marun dengan karpet yang berwarna marun pula, perapian dan bahkan lengkap dengan taman dan sepasang burung kakak tua, pohon-pohon, kolam, air terjun buatan, sebuah taman didalam rumah yang sempurna, karena terasa begitu nyata, hanya dibatasi oleh dinding kaca yang tak terlihat.
“Mas…”kata Audina….sambil mendekat..
“Kenapa sayang? kata Pras
“Ngga kenapa-kenapa..hanya manggil saja…”
Pras meremas pundak Audina sebentar….ikh..dasar..kesempatan..fikirnya.nyesel deh tadi aku manggil dia..
“Begini Mita..aku kesini igin membicarakan tentang yang kemarin..mengenai proposal kesepakatan kita..”
“Tak perlu kamu teruskan Pras..dengan kamu masih membawa dia kesini berarti kamu tak mau aku menanamkan saham di perusahaanmu..”kata bu Arta sinis..
“Ya..begitulah..jujur saja Mita..aku memang ingin mengembangkan usaha yang telah lama orangtuaku rintis…tapi..maaf aku tak bisa kalau harus memutuskan hubunganku dengan Audina..” glek! Pak Pras lebih rela kehilangan kontrak kesepakatan daripada harus putus denganku..haloo..kita kan hanya pura-pura berpacaran…Pak Pras memandang Audina..seolah meminta pembenaran…
“Apa tidak ada cara lain Mita…aku ingin kita bekerja sama karena ternyata kita teman SMA..aku ingin kita berteman baik seperti dulu. Alangkah indah ikatan itu..aku tak ingin merusaknya..jujur Mita..aku memang pekerja keras, tapi aku takkan mengorbankan sesuatu yang begitu besar dalam hidupku untuk mendapatkan sesuatu yang lain..karena mereka berada pada prioritas yang berbeda…”kata Pak Pras panjang lebar..
“Kamu tau kan betapa aku mencintaimu Pras….aku hanya ingin kita bersama. Saat aku menanamkan modal diperusahaanmu, perusahaanmu akan semakin maju. Kita bisa sama-sama sukses Pras..” kata Mita sedikit memohon..ada tangis dimatanya..tapi Prasetyo telah mantap dengan keputusannya..
“Tapi aku tak mencintaimu Mita…aku memandangmu sebagai sosok yang sangat baik dalam hidupku…sebagai teman..sebagai sahabat. Rasanya perasaan itu takkan mungkin dapat kurubah hanya dengan kita bertemu sekali saja..”
“Aku tak memaksamu harus mencintaiku sekarang….aku akan menunggumu hingga kamu mampu mencintaiku Pras…”mereka berbicara seolah Audina hanyalah patung yang duduk diantara mereka
“Sia-sia kamu menungguku, karena hatiku tak akan pernah kubuka lagi..seseorang telah menguncinya..dan aku takkan biarkan ia memberikan kunci itu untuk siapapun..” tatapan Pras melembut kearah Audina..Audina tersenyum membalasnya…
“Aku terlalu mencintainya Mita..hingga aku merasa takkan bisa hidup tanpanya.. Apakah kamu mau aku memutuskan hubungan dengannya lalu kita berpcaran dan menikah.. Kamu hanya akan mendapati aku sebagai seseorang yang hidup tapi tak bernyawa..”
“Bukankah hakikat mencintai adalah ketika kita melihatnya bahagia walapun hati kita terluka karenanya?” Prasetyo terus berbicara. Tangis Mita yang ia pendam, akhirnya pecah.
***
Hari ini..begitu banyak kejadian yang membuat Audina sakit kepala..ia terus membayangkan betapa hancur leburnya perasaan bu Arta tadi. Saat tangisnya pecah, Pak Pras langsung melintasi ruangan untuk memeluk bu Arta. Menenangkannya…akhirnya tangis bu Arta mereda….saat Audina dan Pras berpamitan untuk pulang, bu Arta memeluk Audina dengan erat.. ”Jagalah dia…dia orang yang sangat baik….cintailah dia seperti dia mencintaimu…” tak terasa air mata Audina menetes sekarang..pengorbanan seorang wanita yang membiarkan hatinya terluka asal orang yang dicintainya bahagia..kenapa ini semua berakhir begini…padahal aku dan Pras hanya berpura-pura pacaran. Dimana nuraniku..begitu tega aku bersekongkol untuk menghancurkan hati salah seorang kaumku sendiri. Tapi, Pak Pras berhak memilih. Mungkin dia memang benar-benar tak mencintai bu Arta.hingga tak ada alasan untuk tetap memilihnya.
Prasetyo memandang Audina yang sedari tadi terus melihat ke jendela, Audina pasti marah dan sangat kesal pada dirinya..dari pantulan wajahnya di kaca mobil, Prasetyo tau Audina sedang menangis..dan itu membuat hatinya sakit..mobil akhirnya berhenti di taman yang baru semalam mereka kunjungi…Prasetyo turun..sedangkan Audina terus diam di mobil..hingga Praseto membukakan pintu untuknya. Sebetulnya dia benar-benar enggan berbicara pada bosnya itu.
“Kamu marah sama aku?” kejar Pras saat mereka duduk di kursi taman itu.
“Kamu lebih baik memakiku daripada kamu diam begini…”Audina merasa ada kesempatan untuknya bicara..
“Bapak adalah orang palig jahat yang aku kenal. Bapak tega membohongi bu Arta..bersandiwara didepannya seolah-olah bapak mencintai saya, berpacaran dengan saya…meskipun bapak tak mencintainya…bapak menggunakan hubungan pura-pura kita untuk menolak cintanya,adalah hal yang sangat sulit saya terima…kita hanya pura-pura pacaran pak…kalau bu Arta tau, bahwa dia tak hanya ditolak cinta dan juga dibohongi, betapa hancur hatinya..bapak membuat aku berada dalam sandiwara penuh kebusukan untuk menyerang bagian dari kaumku sendiri. Aku wanita..bu Arta wanita…kenapa bapak tak mengatakan padanya bahwa kita pura-pura pacaran dan menolaknya dengan alasan yang lebih bijaksana ketimbang kebohongan…???”Audina marah.hingga menangis…Prasetyo menghapus airmata itu.Audina pun diam..teringat kata-kata
“kalau kamu istriku, aku akan menghapus air matamu itu, memelukmu dan takkan pernah kubiarkan kamu menangis..”

“Aku sudah mengatakan pada Arta bahwa kita hanya pura-pura berpacaran Di..aku sudah jujur mengenai hal itu saat pertama kali kita bertemu dengannya di hotel. Dengan jelas dan tanpa kebohongan, aku akui semuanya, aku adalah bosmu..aku adalah orang yang menyuruhmu berbohong dan bersandiwara..ah..”Pras mendesah. Audina diam seribu bahasa..
“Aku mengatakan awalnya aku memang berpura-pura berpacaran denganmu..lalu rasa itu hadir Di..rasa yang entah kamu merasakan atau tidak, aku tak perduli…rasa cinta..sejak saat kamu menjadi kekasih pura-pura ku..aku semakin yakin bahwa aku memang mencintaimu…aku mencintai kamu dan aku terus memikirkanmu sejak pertama kali kamu datang ke ruanganku dan diperkenalkan sebagai asistenku yang baru. Aku memintamu untuk bersandiwara denganku adalah supaya aku bisa lebih dekat denganmu, mengenalmu..” Audina menatap Pras dengan tatapan tak percaya..
“Saat aku bilang bahwa Arta memintaku untuk memutuskanmu..kamu bilang, tidak harus dengan itu caraku meraih semua mimpiku..mimpi untuk kemajuan perusahaan ini..hatiku senang..seolah kamu pun memiliki perasaan yang sama….”
“Jadi sebenarnya bukan bu Arta yang dibohongi..tapi aku yang kamu bohongi..”tanya Audina
 “Iya…Di..aku telah membohongimu.kamu pantas marah…ya..maafkan aku yang begitu banyak berbohong..hanya ini satu-satunya cara untuk membuatmu dekat denganku…kalau kamu mau menamparku,tampar saja aku..”
Plakk..Audina menampar wajah Pak Pras..meninjunya beberpa kali dan menendang kakinya…tapi itu hanya hayalannya saja..karena ternyata ia hanya tertunduk diam dan menangis…
Keheningan menelimuti mereka. Hingga senja turun dan adzan maghrib berkumandang..
“Ayo shalat dulu…”ajak Pak Pras..Audina memandanginya…lalu berjalan mengikutinya. Setelah shalat dan berdoa..Audina berbisik dalam hati.Ya Allah…aku juga mencintainya…sangat mencintainya…..
Pak Pras menunggunya di teras depan mesjid..mereka kembali ke mobil. Tapi tak dinyalakannya mesin mobil..
“Kamu tau Di..aku berdoa pada-Nya setiap shalat agar aku bisa didekatkan padamu jikau kau memang jodohku. Tapi jika bukan..maka biarkan hati ini ikhlas menerima saat kamu menjauh dariku..aku..hanya sudah lelah dengan kesepianku ini Di..tak punya orangtua, kakak, adik..aku jenuh hidup sendiri....”
“Aku berharap kamu mau mendampingiku..aku tau aku bukan imam yang baik untukmu..tapi aku akan belajar Di..aku akan terus belajar agar bisa menjadi imam yang baik bagimu….aku ingin kamu menikah denganku….kamu mau?”
Cara melamar yang aneh..di dalam mobil…tak ada cincin..tak ada makan malam romantis..tak ada musik...tapi Audina tau, ia tak membutuhkan semua itu…Bismillahirrahmannirahim…..ia pun dengan mantap mengangguk…Prasetyo memandanginya dengan perasaan senang yang tak bisa disembunyikan…
“Alhamdulillah…….”
“Tapi aku punya satu syarat pak…”kata Audina
“Kok masih manggil Pak sih?Mas atau sayang juga boleh..hehehe”kata Prasetyo setengah berharap
“Iya deh…pak..eh..mas….tapi aku punya satu syarat sebelum kita menikah..”
“Apa sayang, katakan saja..”
“Aku ingin ayah tinggal bersama kita saat kita sudah menikah..”
Tanpa menjawab, Prasetyo mengangguk cepat….dan Audina pun tau jawabannya…
 Prasetyo gembira, senyuman selalu tersungging dibibirnya…Audina pun hanya tersenyum sendiri mengingat semuanya….seolah teringat sesuatu segera ia meraih handphonenya , mengubah suatu nama disana hingga ada pertanyaan: Are you want to replace BOS JUTEK to MY LOVELY? Ia segera memencet SAVE.
“Sejak kapan sih kamu mencintai ku?”tanya Prasetyo
“Sejak pertama kali aku melihat mas di ruangan mas waktu itu, aku merasa mas adalah orang yang tampan dan berwibawa. Walaupun pada dasarnya mas adalah bos yang jutek dan menyebalkan tapi aku suka bersama dengan mas”jawab Audina dengan sunguh-sungguh. Tawa Pras pecah, sungguh dia ingin memeluk mahluk manis ini. Dia sangat lugu dan lucu. Tak sadar Pras memegang puncak kepala Audina sambil mengucek kerudungnya.
“Kamu mencintaiku Di?”
“Aku mencintaimu mas..sungguh mencintaimu…hingga hati in sesak karena rasa cintaku yang sangat besar untukmu..”kata Audina
Prasetyo tersenyum….segalanya menjadi indah dengan cinta….
“..satu jam saja…ku telah bisa…cintai kamu..kamu..dihatiku…namun bagiku..lupakanmu butuh waktuku seumur hidup…” lagu ST 12 mengalun indah..mengiringi perjalanan mereka pulang setelah selesai shalat maghrib di mesjid taman itu..suara mesin mobil membelah keheningan Jakarta.
Dan hati mereka hangat oleh cinta..
***
Suara handphone nya memecah keheningan malam…ia bangun sejenak dilihatnya nama si penelepon..MY LOVELY..segera ia bangun…
“Assalammualalaikum sayang…”
“Waalaikumsalam sayang..ayo bangun..kita Tahajjud dulu sayang…”
“Iya sayang….memang di Bandung ini jam berapa?”
“Jam 3..kenapa gitu?”tanya Prasetyo
“hehehe..ngga..kan mas biasnya bangunin jam setengah 4…”kata Audina. Prasetyo sedang ada pertemuan dengan relasinya di Bandung..karena kini ia bukan asistennya lagi, ia tak harus ikut kesana.
“Iya..sengaja mas nelepon nya sedikit di awal..pengen ngobrol dulu sama istriku sayang…hehehe..”
“Mas kangen ngga?”
“Kangen dong..masa nggak kangen…kamu mimpiin mas ngga semalem?”tanya Prasetyo
“Iya mimpiin mas…kangeen bangeet...makanya mas cepet pulang ya..”
“Iya..lusa juga pulang kok sayang..jaga diri ya..terutama jagain dede bayi kita..”semenjak menikah 6 bulan lalu dan kini Audina hamil 4 bulan, Prasetyo makin perhatian  dan protect saja.
“Oke deh sayangku…salam dari dede bayi buat papa nya…hehehe” kata Audina
“I love you,cinta…”
“I love you too…”
“I love you more..”sahut Prasetyo…
“Ah..mas boong ah..kalau cinta masa pergi jauh-jauh sih dari istri nya yang lagi hamil pula..sungguh teganya dirimu..teganya..teganya..”Audina merajuk..
“Aku lagi kerja sayang..aku lagi sibuk sayang untuk membeli beras dan sebongkah berlian..”balas Prasetyo menyanyikan lagu wali band.
“Gombaalll…..”
“Tapi suka kaannn?????”kata Prasetyo
Mereka pun tergelak bersama..menikmati kebersamaan sekecil apapun yang selalu mereka syukuri.

***The End***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayo kirim komentar dan beri saya sebuah kritik ^_^ karena banyak spam jadi komentar nya saya moderasi.maaf :-)