(gambar didapat dari www.google.com)
Lagu Tiada Lagi-nya Mayang Sari
sayup-sayup mampir ditelinga Audina yang sedang asyik melamun. Dia sibuk
menerka apa yang dibicarakan Pak Pras dan Bu Arta tadi saat dia ke toilet. Pak Pras
menyetir dengan kaku,wajahnya nampak muram. Tiba-tiba mobil berhenti. Audina mendongak
kaget.
“Kok berhenti disini pak?”kata Audina
pada Pras. Mobil berhenti disbuah taman yang nampak sepi. Audina melirik jam di dashboard,
pantas sepi, pukul 9 malam.
“Kamu turunlah sebentar ada yang
mau aku bicarakan..”sahut Pras dengan nada suaranya yang dingin.
Bak kerbau dicucuk hidung, Audina
turun dari mobil,dia segera menyusul Pras yang telah duduk di sebuah bangku
panjang dekat lampu taman yang cukup terang. Udara terasa dingin menusuk
kulitnya dibalik gaun Biru yang dia kenakan.
“Pakai ini Di…” Prasetyo
memberikan jas nya, dengan perasaan segan, sedikit enggan tapi daripada
kedinginan, diterima juga jas itu dari tangan Pras.
“Terimakasih pak..”kata Audina
sambil menempatkan diri duduk bersebelahan dengan Pras. Wangi jas ini begitu
segar. Audina seperti mencium aroma citrus yang dipadukan dengan kayumanis. Tidak.kata
Audina meralat..ini lemon. Bukan citrus. Mengapa penciumannya mendadak aneh.
“Kamu tau, sudah menjadi mimpi
saya sejak kecil, sejak orang tua saya mewariskan perusahaan ini ,ingin membawa
perusahaan ini menuju kemajuan yang besar..sehingga perusahaan kita dapat
melebarkan sayap, membuka cabang dimana-mana..dengan begitu, perusahaan ini
akan terkenal,nama ayah dan ibu ku juga akan dikenal banyak orang…”
“Salah satunya dengan kita
menarik perusahaan milik Arta untuk menamkan sahanmya diperusahaan kita…karena
si Arta itu ingin aku memiliki pasangan, maka kamu kujadikan kekasih ku..tentu
saja, kekasih pura-pura saja….” Seperti ada penekanan dikata PURA PURA itu. Aku
tak suka..aku pun tau diri..fikir Audina
“Lalu tiba-tiba saja, si Arta..itu
adalah Mita..teman ku waktu SMA dulu..dia malah memintaku untuk menjadi
kekasihnya dan memutuskan hubungan denganmu. Dia yang semula berfikir bahwa Prasetyo
yang menawarkan kerjasama adalah seorang workaholic, yang tak memiliki
perasaan, bertubuh gendut, suka main perempuan karena merasa berkuasa. Ia tak
menyangka bahwa Prasetyo yang malam ini akan mengajukan proposal kerjasama
dengannya itu, adalah Prasetyo yang dia impikan sejak SMA. Ya aku, yang dia cintai
sejak dulu. Tapi aku dengan begitu bodohnya tak tau hal itu, aku yang begitu
dingin sampai tak memperhatikan bahwa Mita mencintaiku….”
Rasanya argumentasi yang Pak Pras
keluarkan terlalu sulit untuk dicerna oleh IQ diatas rata-ratanya…kalau memang
inginnya bu Arta begitu..yaudah aja…kok pakai fikir-fikir segala..kata Audina
dalam hatinya..
“Menurutmu..harus dengan cara aku
berpacaran dengannya dan menikah dengannya kalau perlu, untuk mewujudkan semua
cita-citaku, cita-cita orang tua ku Di??haruskah begitu?”kata Prasetyo dengan nada
tinggi. Audina jadi kaget…memang harusnya begitu Pak..ya tinggal menikah saja..
“Tidak pak…tidak dengan cara
seperti itu, kurasa..” Lah..kok jawaban yang keluar dari mulutnya malah
berkebalikan dengan yang difikirkannya..wah..error connected nih…..
“Ya….benar Di..aku fikir pun
begitu…apa aku harus mengorbankan perasaan demi kesuksesan?”
“Jujur saja..aku tak tau
mengapa…aku mungkin belum menemukan gadis yang benar-benar tepat untukku..tapi
aku yakin..aku akan segera menemukannya..aku hanya ingin menjajaki dulu
kesendirian ini..Di….aku akan menghabiskan masa tua ku tapi entah mengapa
rasanya bukan dengan Arta…” Prasetyo melanjutkan.
Tatapan mereka bertemu.
Ya ampun…fikir Audina..kenapa
dadanya begitu bergemuruh.
Ia segera menundukan
pandangannya.
“Sudah malam Pak. Saya harus
pulang..”kata Audina memecah keheningan yang tercipta diantara mereka. Dengan
langkah gontai, mereka kembali ke mobil.
***
Rumah itu terlalu sepi dan
dingin..saat Prasetyo menutupkan pintu mobil di garasi, terasa angin menerpa
wajahnya..Ya Ampun..sepi sekali rumah ini. Seperti tak bernyawa. Rumah ini
besar..tapi tampak menakutkan kini..ia merasa sedikit pusing dan limbung saat
membuka pintu utama..cahaya lampu menerangi penglihatannya yang sedikit
buram..sambil menggosok-gosok tengkuknya yang sakit, jasnya disimpan begitu
saja di salah satu sofa. Ia kemudian berbaring di sofa favoritnya..memandangi
langit-langit sebentar..suara taman kecil didalam rumahnya memberi kehangatan
pada hati dan jiwanya..sampai kapan Ya Allah…aku akan hidup dalam kesepian
ini…bisik Prasetyo dalam hati…
Selepas shalat, ia merasa
tubuhnya makin lemah dan sakit….tidur..ya..ia perlu segera tidur….memikirkan
kejadian hari ini malah membuat kepalanya makin sakit…tapi ada seseorang dihari
ini yang ingin ia fikirkan…dia sangat cantik dengan gaun Biru itu….Audina….ia
pun terlelap..
***
Pagi-pagi buta, handphone Audina
berbunyi..
“Ya..
Assalammualaikum..”sahutnya…ia segera duduk tegak..kantuknya hilang dengan
segera…
“Baik pak..saya akan segera menelepon
dokter pribadi bapak..iya,saya akan segera kesana..tidak masalah…iya..saya tau
alamatnya pak…baik pak…sama-sama”ditutupnya percakapan…suara Pak Pras di
telepon barusan membuat kantuknya hilang..merasa sedikit malu…wajahnya jadi memerah
saat menerima telepon tadi, seolah takut Pak Pras akan tau bahwa ia tadi sedang
asyik bermimpi dengan Bosnya itu. Audina segera menelepon dokter pribadi
bosnya, lalu ke kamar mandi dan bersiap pergi ke rumah Prasetyo.
***
“Bagaimana keadaan bos saya
dokter?”Tanya Audina setelah dokter selesai memeriksa Pak Pras.
“Tidak apa-apa, hanya kecapekan
dan kurang tidur, ini obat untuk migrennya, diberikan bila perlu saja, karena
dia sebenarnya tidak terlalu membutuhkan obat, tolong buat dia sedikit rileks, Di…mungkin
Pras sedikit stress…”kata dokter sepruh baya yang mungkin, separuh dari sisa
umurnya telah mengabdi sebagai dokter pribadi pada keluarga bosnya itu.
“Baik dok…”sahut Audina pelan.
Selesai mengantarkan sang dokter ke depan pintu, datanglah wanita separuh baya,
pasti ini Mbok Minah, pembantu paruh waktunya Pak Pras. Dulu Pak Pras sempat
bercerita bahwa dirumah, tidak ada siapapun. Karena pembantunya hanya tinggal
dirumah bahkan sebelum ia pulang kantor.
“saya Audina Mbok…asisten Pak Pras”kata
Audina saat dilihat Mbok Minah memandangnya dari atas ke bawah
“Saya kira non pacarnya Den Pras…”kata
Si Mbok malu-malu.
“Ada apa non, kok dokter Mikko
sampai dipanggil….”
“Pak Pras sakit…”
“Den Pras orangnya jarang makan
non….”kata Si Mbok kemudian..
“O..begitu ya…hmm..oya,makanan kesukaan
beliau apa mbok kalo lagi sakit?”kata Audina
“Sup iga non…biar saya buatkan…”Audina
menimbang-nimbang. Agak aneh memang bos nya ini. Seseorang yang vegetarian tapi suka makan sop iga bila sakit.
“Biar saya yang buatkan mbok..”
“Baiklah..mari non..ikut dengan
saya..” Mbok Minah mengajaknya ke dapur.
Seumur-umur bekerja pada bosnya, bahkan ia
belum pernah sekalipun menginjak rumah bosnya itu. Bosnya selalu menjaga
privasi. Ia tak ingin ada hal yang menyangkut pekerjaan yang ia bawa ke rumah. Audina
jadi teringat, ketika ada berkas yang belum ditandatangani oleh bosnya, bosnya
lebih suka kembali ke kantor dibanding ia harus menyuruh Audina ke rumahnya.
Hanya kali ini saja bosnya yang super galak itu menyuruhnya datang ke rumah. Itupun
ketika sedang sakit. Sungguh terlalu….
Sebelum ke dapur, dilihatnya Pak Pras...ternyata
dia masih tidur…kasian juga bos ku ini kalau lagi sakit….fikir Audina…
Di dapur, si Mbok tak banyak
berbicara…seolah mesin yang sedang beroperasi, Audina dan si mbok sibuk dakam
pekerjaan masing-masing…sesekali Audina bertanya ini itu, dan menyamakan resep
sop iga miliknya dengan resep si mbok, Audina
lebih memilih menggunakan resep dirinya sendiri. Bismillah..semoga
enak..soalnya kalau ga enak, bisa-bisa sop iga ini dia lempar ke mukaku..fikirnya..
“Permisi pak..” tanpa mendengar
jawaban, Audina masuk ke dalam kamar super besar itu. Meletakkan makanan di
meja dan menunggu…siapa tau bosnya mau bangun..
“Pak..pak…”kata Audina…akhirnya
karena Prasetyo begitu lelap…
Audina memberanikan diri sedikit
mengguncang tubuh bosnya itu..
“Pak..pak..bangun sebentar pak…”
Pelan-pelan..Prasetyo
bangun…samar ia lihat wajah ibunya…ya..itu ibunya..ibu aku kangen sekali fikir Prasetyo..hampir
saja ia memeluk ibunya…sebelum..
“Pak..ini saya Audina pak..”Audina
yang merasa kaget karena tiba-tiba Pak Pras menghulurkan tangan seperti akan
memeluknya, sedikit mundur dari tempat duduknya..
Hah..Prasetyo kaget..sekali lagi
ia mengucek matanya…iya..ternyata memang Audina….
“Maaf ya Di..saya fikir kamu ibu
saya..makanya tadi saya mau peluk..” kata Prasetyo salah tingkah
“Hehehe..iya pak..ngga apa-apa
kok..ayo pak..makan dulu….Mbok Minah buatin sop iga nih buat bapak..”kata Audina
sedikit berbohong, kalo tau aku yang masak, dia pasti takkan mau memakannya,
fikir Audina. Pandangan Prasetyo yang kini sudah duduk tegak, segera memandang
sop iga dalam mangkok lalu tersenyum…
“Ini pak..”Audina mengambil sop
dan mencampurkannya pada nasi putih yang mengepul..
“Masih panas Di..tolong ditiupin
dulu” ampun deh….kata Audina dalam hati. Dilihat wajah bosnya itu…sambil
nyengir kuda, Audina pun dengan terpaksa meniupi makanan dalam piring itu
sampai tidak ada uapnya…
“Kayaknya enak kalau disupin ya Di..soalnya
tangan saya masih agak sakit..”hah????dokter bilang Pak Pras Cuma migren
kok…lah ko malah tangannya juga ikut sakit sekarang…kembali dengan cengiran, Audina
menurut juga..
“Buka mulutnya pak..Bismillahirrahmannirahiim..”sambil
menyuapi Pak Pras. Satu sendok..dua sendok…tiga..empat..lima..enam..sepuluh..sampai
sop iga nya pun ludes tak tersisa hanya tinggal tulang-tulangya saja…weleh-weleh..katanya
susah makan..ini sih gembul..bukan susah makan..fikir Audina geli sambil
sedikit lega juga karena Pak Pras memakan masakannya dan tidak melempar sop itu
ke wajahnya.
“Alhamdulillahirabbilalamin…”suapan
terakhir selesai..setelah itu, Audina menyodorkan 1 ples obat yang dokter
berikan, Pak Pras ambil satu lalu segera diminum obat itu.
“Kenapa kamu bohong?”
“Apa pak..maaf..?”bohong?tentang
apa?fikir Audina
“Yang buat sop iga itu bukan Mbok
Minah kan?”nah lo..ketauan.mampus gue..sopnya memang udah abis..tapi mangkoknya
masih ada kan..mati aku kalo mangkok itu dilempar si bos tepat dimukaku..fikir Audina..
“Ma..maaf..pak..maaf..ampun
pak…iya saya ngaku salah..saya bohong..sebenarnya saya yang buat sop iga
itu..karena bumbu yang biasa dipakai Mbok Minah buat bikin sop, agak
aneh..makannya saya pakai resep yang dulu ibu saya ajarkan..maaf atas
kelancangan saya..saya tau sop nya pasti aneh dan ga enak..ga sesuai harapan
bapak…maaf ya pak…maaf sekali..bapak boleh lempar mangkok itu ke wajah saya
kalau bapak mau..”entah mengapa..rasanya sangat menyesakkan..Audina hampir saja
menangis..
Tapi ia sedikit lega..karena
didengarnya Pras malah tertawa..tawanya begitu renyah dan enak didengar..
“Hmm..pertama, saya suka sekali sop iga
buatanmu, karena mengingatkanku pada masakan ibuku…saat aku sakit, ibu selalu
membuatkan sop iga.. tapi sop iga buatan Mbok Minah..tak pernah menyamai rasa
sop iga buatan ibuku..rasanya sungguh enak..dan masakanmu hampir menyamai
masakan ibu”
“Mbok Minah selalu dan selalu
saja terlalu lama merebus wortel sehingga wortelnya kurang fresh dan warna kuah
sop nya menjadi tidak segar..iganya pun selalu kurang matang…beda sekali dengan
sop buatanmu..jadi aku sebenarnya sudah tau sejak awal kalau itu bukan buatan Mbok
Minah…”Pras menghela nafas sebentar
“Kedua..sejahat jahatnya dan
segalak-galaknya saya padamu..apa pernah sampai aku kasar padamu? ya mungkin
kasar pernah..tapi apa pernah aku memukulmu, menendang, bahkan melempari
wajahmu dengan sesuatu saat pekerjaanmu salah?tidak kan..aku harap kamu bisa mengubah
cara pandangmu terhadapku..aku bukan seorang bos yang suka bertindak kasar pada
perempuan..”suara Pras sedikit bergetar..mungkin ada sedikit kemaran menyelip
disitu. Jleb!rasanya hati Audina sangat sakit..ya..ia akui..terlalu kejam
menilai Pras..ia terlalu jahat menilainya..air mata pun mulai mengalir tanpa
bisa dihentikan…
“Ma..af pak…”kata Audina..Pras
memandangnya dengan lembut..melihat air mata dipipi gadis itu..ingin sekali ia
menghapusnya…Audina cepat-cepat mengahapus air matanya….
“Yang ketiga”kata Pras
melanjutkan
“Kalau kamu istriku, aku akan
menghapus air matamu itu, memelukmu dan takkan pernah kubiarkan kamu
menangis..”Audina melongo. Kata-kata tadi membuatnya ingin segera pergi dari
tempat itu.
“Sa..saya permisi dulu pak..”Audina
dengan tergesa gesa membereskan nampan dan segera menuju ke pintu
“Di…”Audina menoleh
“Terimakasih untuk hari
ini….tolong agenda rapat hari ini di cancel saja, aku masih butuh istirahat..”Audina
menganguk. Pintu itu segera ia tutup.
***
Memikirkan apa yang dikatakan Pak
Pras padanya pagi itu membuat dia tak konsentrasi..tanpa membuang waktu, begitu
si mbok menerima nampan berisi piring dan mangkok itu, ia segera berpamitan
pulang. Kini di dalam taksi, kepala Audina serasa bedengug-dengung..kata-kata Prasetyo
begitu menggema dalam benaknya “Kalau
kamu istriku, aku akan menghapus air matamu itu, memelukmu dan takkan pernah
kubiarkan kamu menangis..” apa maksud dari kata-kata Pak Pras..mungkin ia
sedang ngelindur.atau mungkin pengaruh obat dari dokter Mikko…ya..pasti begitu..
Suara Handphone nya memecah
keheningan di dalam taksi itu. Audina melihat nama yang tertera disitu. BOS
JUTEK. ..aduuh…gimana nih…angkat jangan ya..malas sebenarnya menerima telepon
dari Pak Pras, apalagi sejak kejadian tadi.hush!aku harus professional fikir
Audina..
“Assalammualaikum Pak..”
“Kamu sudah sampai rumah?”
“Belum Pak, kenapa memangnya Pak?”
“Ngga saya tadi lupa bilang,
kalau hari ini kamu saya izinkan tak usah ngantor..kamu pasti capek tadi sudah
mengurus saya..lagipula ini sudah pukul 9. Terus kamu tak usah membatalkan
agenda rapat, karena saya sudah menelepon ke kantor..”ya ampun..ko tumben dia
baik…nyuruh aku ga ngantor, pasti ada maunya nih Si Bos. Bekerja setengah tahun
dengannya sudah cukup untuk mengetahui sifat bosnya itu.
“Oya, nanti jam 4 sore saya
jemput ke rumah ya..ada yang mau saya bicarakan..” tuh kan…..
“Dandan yang cantik..karena kita
akan bertemu seseorang yang penting..” huff..siapa?
“Baik Pak..”hanya itu yang keluar
dari mulutnya..padahal berjuta tanya menggelayuti fikirannya..
“Assalammualaikum Di..” nah kan..ini
nih, gak lazim, biasanya aku lagi ngomong aja telepon sudah dia matikan, ini
tumben dia ngasih salam.fikir Audina lagi
“Waalaikumsalam Pak..” telepon
terputus.
Pak Prasetyo mungkin sedang
tersenyum diseberang sana karena merasa menang telah membuat Audina salah
tingkah dan GR. Tidak..takkan kubiarkan dia merasa menang..membayangkan
sekarang bosnya tertawa-tawa membuat hatinya kesal.. ingin rasanya menonjok
kursi taksi didepannya.
***
Jam 4 teng, Pak Pras sudah mengetuk
pintu rumahnya, ia pun segera bergegas pergi setelah ia berpamitan pada ayahnya yang sedang di kamar mandi.
Wangi itu begitu menyeruak saat pintu dibuka. Wajah Pak Pras sangat tampan..ya ampuun…kenapa ia malah memandang wajah bosnya..
Wangi itu begitu menyeruak saat pintu dibuka. Wajah Pak Pras sangat tampan..ya ampuun…kenapa ia malah memandang wajah bosnya..
“Siap untuk pergi” kata bosnya..
“Eh ayahmu mana, aku mau berpamitan..”
"Sepertinya ayah sedang di kamar mandi, Pak.Gak apa-apa, ayo kita pergi saja..” kata Audina sedatar mungkin.
Pras mengernyitkan dahi mendengarnya..tapi akhirnya ia mengekor dari belakang..
Pras mengernyitkan dahi mendengarnya..tapi akhirnya ia mengekor dari belakang..
“Ada apa dengan mood mu nona?” Tanya
Prasetyo saat dilihatnya Audina diam aja di mobil. Dia tak seperti biasanya.
Apaan sih..sok akrab
banget..emangnya situ pacar aku??kayak yang tau aku aja..ingiin rasanya Audina
mengatakan ini..tapi ia hanya memendamnya..
“Saya hanya sedikit kecapekan
Pak..maaf ya Pak.”
“Oke kalau gitu..aku yang salah,
malah mengajakmu pergi tanpa menanyakan dulu kesediaanmu…kamu ingin kita tetap
pergi atau..kita pulang lagi ke rumah?”so sweet..ikh Audina makin sebeell..
“Tidak apa-apa kok Pak..sudah
nanggung juga..memangnya kita mau kemana Pak?”kata Audina
“Hmm….”sahut Pras
“Kita ketemu dengan Arta..”o…..pantas
dia menyuruhku dandan yang cantik..fikir Audina..hatinya kembali menciut…dia
fikir bos-nya itu akan mengajaknya jalan-jalan atau nonton?heyy..bangun
nona..dia bukan pacarmu..dia bos mu..bos yang sedang
memanfaatkanmu..sadar..sadar…Audina tanpa sadar menggeleng kuat-kuat..
“Kamu tak mau ketemu Arta?”
“Eh bukan kok pak..ngga..ya ayo
aja kok pak…itu cara saya untuk menghilangkan kaku di kuduk saya pak..” pinter
ngeles ni yeee…fikir Prasetyo geli..
Rumah itu terlalu mewah dan
megah…bahkan ia sampai speechless.
Rumah bu Arta 3x lebih besar dari rumah Pak Pras..itu berarti 20x lebih besar
daripada rumahnya….ini rumah atau gedung parlemen sih..besar amat..fikir Audina..
“Hai Pras..” bu Arta menyambut
kedatangan kami di depan pintu…
“Hai Mita..” kata Pak Pras
Sekonyong-konyong bu Arta menempelkan
pipinya pada pipi Pak Pras..Pak Pras nampak tak enak. Sedangkan pada Audina, bu
Arta hanya bersalaman sekilas.
“Mari masuk Pras..ayo kita ke
ruang tamu”
Rumahnya lebih tepat disebut
dengan galeri lukisan. Begitu banyak lukisan menghiasi rumah itu, ada tangga
super besar dan sebuah lift disebelahnya. Lampu kristal memantulkan cahaya
keemasan, Audina akui, bu Arta memiliki cita rasa yang tinggi dalam memilih
dekorasi rumah ini. Tirai-tirai tebal berwarna marun menggelayut manja pada
jendela-jendela yang tinggi. Didalam ruang tamu, lebih indah lagi, ada sepasang
kursi sofa berwarna marun dengan karpet yang berwarna marun pula, perapian dan
bahkan lengkap dengan taman dan sepasang burung kakak tua, pohon-pohon, kolam,
air terjun buatan, sebuah taman didalam rumah yang sempurna, karena terasa
begitu nyata, hanya dibatasi oleh dinding kaca yang tak terlihat.
“Mas…”kata Audina….sambil
mendekat..
“Kenapa sayang? kata Pras
“Ngga kenapa-kenapa..hanya
manggil saja…”
Pras meremas pundak Audina
sebentar….ikh..dasar..kesempatan..fikirnya.nyesel deh tadi aku manggil dia..
“Begini Mita..aku kesini igin
membicarakan tentang yang kemarin..mengenai proposal kesepakatan kita..”
“Tak perlu kamu teruskan Pras..dengan
kamu masih membawa dia kesini berarti kamu tak mau aku menanamkan saham di
perusahaanmu..”kata bu Arta sinis..
“Ya..begitulah..jujur saja Mita..aku
memang ingin mengembangkan usaha yang telah lama orangtuaku rintis…tapi..maaf
aku tak bisa kalau harus memutuskan hubunganku dengan Audina..” glek! Pak Pras
lebih rela kehilangan kontrak kesepakatan daripada harus putus
denganku..haloo..kita kan hanya pura-pura berpacaran…Pak Pras memandang Audina..seolah
meminta pembenaran…
“Apa tidak ada cara lain Mita…aku
ingin kita bekerja sama karena ternyata kita teman SMA..aku ingin kita berteman
baik seperti dulu. Alangkah indah ikatan itu..aku tak ingin merusaknya..jujur Mita..aku
memang pekerja keras, tapi aku takkan mengorbankan sesuatu yang begitu besar
dalam hidupku untuk mendapatkan sesuatu yang lain..karena mereka berada pada
prioritas yang berbeda…”kata Pak Pras panjang lebar..
“Kamu tau kan betapa aku
mencintaimu Pras….aku hanya ingin kita bersama. Saat aku menanamkan modal
diperusahaanmu, perusahaanmu akan semakin maju. Kita bisa sama-sama sukses Pras..”
kata Mita sedikit memohon..ada tangis dimatanya..tapi Prasetyo telah mantap
dengan keputusannya..
“Tapi aku tak mencintaimu Mita…aku
memandangmu sebagai sosok yang sangat baik dalam hidupku…sebagai teman..sebagai
sahabat. Rasanya perasaan itu takkan mungkin dapat kurubah hanya dengan kita
bertemu sekali saja..”
“Aku tak memaksamu harus
mencintaiku sekarang….aku akan menunggumu hingga kamu mampu mencintaiku Pras…”mereka
berbicara seolah Audina hanyalah patung yang duduk diantara mereka
“Sia-sia kamu menungguku, karena
hatiku tak akan pernah kubuka lagi..seseorang telah menguncinya..dan aku takkan
biarkan ia memberikan kunci itu untuk siapapun..” tatapan Pras melembut kearah Audina..Audina
tersenyum membalasnya…
“Aku terlalu mencintainya Mita..hingga
aku merasa takkan bisa hidup tanpanya.. Apakah kamu mau aku memutuskan hubungan
dengannya lalu kita berpcaran dan menikah.. Kamu hanya akan mendapati aku
sebagai seseorang yang hidup tapi tak bernyawa..”
“Bukankah hakikat mencintai
adalah ketika kita melihatnya bahagia walapun hati kita terluka karenanya?” Prasetyo
terus berbicara. Tangis Mita yang ia pendam, akhirnya pecah.
***
Hari ini..begitu banyak kejadian
yang membuat Audina sakit kepala..ia terus membayangkan betapa hancur leburnya
perasaan bu Arta tadi. Saat tangisnya pecah, Pak Pras langsung melintasi
ruangan untuk memeluk bu Arta. Menenangkannya…akhirnya tangis bu Arta
mereda….saat Audina dan Pras berpamitan untuk pulang, bu Arta memeluk Audina
dengan erat.. ”Jagalah dia…dia orang yang sangat baik….cintailah dia seperti
dia mencintaimu…” tak terasa air mata Audina menetes sekarang..pengorbanan
seorang wanita yang membiarkan hatinya terluka asal orang yang dicintainya
bahagia..kenapa ini semua berakhir begini…padahal aku dan Pras hanya berpura-pura
pacaran. Dimana nuraniku..begitu tega aku bersekongkol untuk menghancurkan hati
salah seorang kaumku sendiri. Tapi, Pak Pras berhak memilih. Mungkin dia memang
benar-benar tak mencintai bu Arta.hingga tak ada alasan untuk tetap memilihnya.
Prasetyo memandang Audina yang
sedari tadi terus melihat ke jendela, Audina pasti marah dan sangat kesal pada
dirinya..dari pantulan wajahnya di kaca mobil, Prasetyo tau Audina sedang menangis..dan
itu membuat hatinya sakit..mobil akhirnya berhenti di taman yang baru semalam
mereka kunjungi…Prasetyo turun..sedangkan Audina terus diam di mobil..hingga Praseto
membukakan pintu untuknya. Sebetulnya dia benar-benar enggan berbicara pada
bosnya itu.
“Kamu marah sama aku?” kejar Pras
saat mereka duduk di kursi taman itu.
“Kamu lebih baik memakiku
daripada kamu diam begini…”Audina merasa ada kesempatan untuknya bicara..
“Bapak adalah orang palig jahat
yang aku kenal. Bapak tega membohongi bu Arta..bersandiwara didepannya
seolah-olah bapak mencintai saya, berpacaran dengan saya…meskipun bapak tak
mencintainya…bapak menggunakan hubungan pura-pura kita untuk menolak
cintanya,adalah hal yang sangat sulit saya terima…kita hanya pura-pura pacaran
pak…kalau bu Arta tau, bahwa dia tak hanya ditolak cinta dan juga dibohongi,
betapa hancur hatinya..bapak membuat aku berada dalam sandiwara penuh kebusukan
untuk menyerang bagian dari kaumku sendiri. Aku wanita..bu Arta wanita…kenapa
bapak tak mengatakan padanya bahwa kita pura-pura pacaran dan menolaknya dengan
alasan yang lebih bijaksana ketimbang kebohongan…???”Audina marah.hingga
menangis…Prasetyo menghapus airmata itu.Audina pun diam..teringat kata-kata
“kalau kamu istriku, aku akan menghapus air matamu itu, memelukmu dan
takkan pernah kubiarkan kamu menangis..”
“Aku sudah mengatakan pada Arta
bahwa kita hanya pura-pura berpacaran Di..aku sudah jujur mengenai hal itu saat
pertama kali kita bertemu dengannya di hotel. Dengan jelas dan tanpa
kebohongan, aku akui semuanya, aku adalah bosmu..aku adalah orang yang
menyuruhmu berbohong dan bersandiwara..ah..”Pras mendesah. Audina diam seribu
bahasa..
“Aku mengatakan awalnya aku
memang berpura-pura berpacaran denganmu..lalu rasa itu hadir Di..rasa yang
entah kamu merasakan atau tidak, aku tak perduli…rasa cinta..sejak saat kamu
menjadi kekasih pura-pura ku..aku semakin yakin bahwa aku memang
mencintaimu…aku mencintai kamu dan aku terus memikirkanmu sejak pertama kali
kamu datang ke ruanganku dan diperkenalkan sebagai asistenku yang baru. Aku
memintamu untuk bersandiwara denganku adalah supaya aku bisa lebih dekat
denganmu, mengenalmu..” Audina menatap Pras dengan tatapan tak percaya..
“Saat aku bilang bahwa Arta
memintaku untuk memutuskanmu..kamu bilang, tidak harus dengan itu caraku meraih
semua mimpiku..mimpi untuk kemajuan perusahaan ini..hatiku senang..seolah kamu
pun memiliki perasaan yang sama….”
“Jadi sebenarnya bukan bu Arta
yang dibohongi..tapi aku yang kamu bohongi..”tanya Audina
“Iya…Di..aku telah membohongimu.kamu pantas
marah…ya..maafkan aku yang begitu banyak berbohong..hanya ini satu-satunya cara
untuk membuatmu dekat denganku…kalau kamu mau menamparku,tampar saja aku..”
Plakk..Audina menampar wajah Pak Pras..meninjunya
beberpa kali dan menendang kakinya…tapi itu hanya hayalannya saja..karena
ternyata ia hanya tertunduk diam dan menangis…
Keheningan menelimuti mereka.
Hingga senja turun dan adzan maghrib berkumandang..
“Ayo shalat dulu…”ajak Pak Pras..Audina
memandanginya…lalu berjalan mengikutinya. Setelah shalat dan berdoa..Audina
berbisik dalam hati.Ya Allah…aku juga mencintainya…sangat mencintainya…..
Pak Pras menunggunya di teras
depan mesjid..mereka kembali ke mobil. Tapi tak dinyalakannya mesin mobil..
“Kamu tau Di..aku berdoa pada-Nya
setiap shalat agar aku bisa didekatkan padamu jikau kau memang jodohku. Tapi
jika bukan..maka biarkan hati ini ikhlas menerima saat kamu menjauh
dariku..aku..hanya sudah lelah dengan kesepianku ini Di..tak punya orangtua,
kakak, adik..aku jenuh hidup sendiri....”
“Aku berharap kamu mau
mendampingiku..aku tau aku bukan imam yang baik untukmu..tapi aku akan belajar
Di..aku akan terus belajar agar bisa menjadi imam yang baik bagimu….aku ingin
kamu menikah denganku….kamu mau?”
Cara melamar yang aneh..di dalam
mobil…tak ada cincin..tak ada makan malam romantis..tak ada musik...tapi Audina
tau, ia tak membutuhkan semua itu…Bismillahirrahmannirahim…..ia pun dengan
mantap mengangguk…Prasetyo memandanginya dengan perasaan senang yang tak bisa
disembunyikan…
“Alhamdulillah…….”
“Tapi aku punya satu syarat pak…”kata
Audina
“Kok masih manggil Pak sih?Mas
atau sayang juga boleh..hehehe”kata Prasetyo setengah berharap
“Iya deh…pak..eh..mas….tapi aku
punya satu syarat sebelum kita menikah..”
“Apa sayang, katakan saja..”
“Aku ingin ayah tinggal bersama
kita saat kita sudah menikah..”
Tanpa menjawab, Prasetyo
mengangguk cepat….dan Audina pun tau jawabannya…
Prasetyo gembira, senyuman selalu tersungging
dibibirnya…Audina pun hanya tersenyum sendiri mengingat semuanya….seolah
teringat sesuatu segera ia meraih handphonenya , mengubah suatu nama disana
hingga ada pertanyaan: Are you want to replace BOS JUTEK to MY LOVELY? Ia
segera memencet SAVE.
“Sejak kapan sih kamu mencintai
ku?”tanya Prasetyo
“Sejak pertama kali aku melihat mas di ruangan mas waktu itu, aku merasa mas adalah orang yang tampan dan berwibawa. Walaupun pada dasarnya mas adalah bos yang jutek dan menyebalkan tapi aku suka bersama dengan mas”jawab Audina dengan sunguh-sungguh. Tawa Pras pecah, sungguh dia ingin memeluk mahluk manis ini. Dia sangat lugu dan lucu. Tak sadar Pras memegang puncak kepala Audina sambil mengucek kerudungnya.
“Kamu mencintaiku Di?”
“Aku mencintaimu mas..sungguh
mencintaimu…hingga hati in sesak karena rasa cintaku yang sangat besar
untukmu..”kata Audina
Prasetyo tersenyum….segalanya
menjadi indah dengan cinta….
“..satu jam saja…ku telah bisa…cintai kamu..kamu..dihatiku…namun
bagiku..lupakanmu butuh waktuku seumur hidup…” lagu ST 12 mengalun
indah..mengiringi perjalanan mereka pulang setelah selesai shalat maghrib di
mesjid taman itu..suara mesin mobil membelah keheningan Jakarta.
Dan hati mereka hangat oleh
cinta..
***
Suara handphone nya memecah
keheningan malam…ia bangun sejenak dilihatnya nama si penelepon..MY
LOVELY..segera ia bangun…
“Assalammualalaikum sayang…”
“Waalaikumsalam sayang..ayo
bangun..kita Tahajjud dulu sayang…”
“Iya sayang….memang di Bandung
ini jam berapa?”
“Jam 3..kenapa gitu?”tanya Prasetyo
“hehehe..ngga..kan mas biasnya
bangunin jam setengah 4…”kata Audina. Prasetyo sedang ada pertemuan dengan
relasinya di Bandung..karena kini ia bukan asistennya lagi, ia tak harus ikut
kesana.
“Iya..sengaja mas nelepon nya
sedikit di awal..pengen ngobrol dulu sama istriku sayang…hehehe..”
“Mas kangen ngga?”
“Kangen dong..masa nggak
kangen…kamu mimpiin mas ngga semalem?”tanya Prasetyo
“Iya mimpiin mas…kangeen
bangeet...makanya mas cepet pulang ya..”
“Iya..lusa juga pulang kok
sayang..jaga diri ya..terutama jagain dede bayi kita..”semenjak menikah 6 bulan
lalu dan kini Audina hamil 4 bulan, Prasetyo makin perhatian dan protect
saja.
“Oke deh sayangku…salam dari dede
bayi buat papa nya…hehehe” kata Audina
“I love you,cinta…”
“I love you too…”
“I love you more..”sahut Prasetyo…
“Ah..mas boong ah..kalau cinta
masa pergi jauh-jauh sih dari istri nya yang lagi hamil pula..sungguh teganya
dirimu..teganya..teganya..”Audina merajuk..
“Aku lagi kerja sayang..aku lagi
sibuk sayang untuk membeli beras dan sebongkah berlian..”balas Prasetyo
menyanyikan lagu wali band.
“Gombaalll…..”
“Tapi suka kaannn?????”kata Prasetyo
Mereka pun tergelak
bersama..menikmati kebersamaan sekecil apapun yang selalu mereka syukuri.
***The End***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo kirim komentar dan beri saya sebuah kritik ^_^ karena banyak spam jadi komentar nya saya moderasi.maaf :-)