Pembuka

Assalammualaikum..

Jumat, 17 Desember 2010

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008

Bismillahirrahmannirrahim.....

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang normal pun mempunyai risiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu (Depkes RI, 2005).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia sebahagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transfortasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur merupakan tindakan yang paling tepat dalam mengidentifikasi secara dini sesuai dengan risiko yang disandang oleh ibu hamil (Saifuddin, 2002).
Dalam menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu ditingkatkan baik di fasilitas kesehatan maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi (Depkes RI, 2005).
 Pelayanan kesehatan ibu hamil merupakan kebutuhan vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat (Manuaba, 2002).
Morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal yang bersifat nonteknis seperti status wanita dan pendidikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awal, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis dalam tempo singkat. Karena diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek (Manuaba, 2002).
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2001, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya. Lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif murah (Depkes RI, 2005).
Salah satu faktor yang sering menyebabkan morbiditas maupun mortalitas pada ibu bersalin adalah partus lama. Partus lama atau sering disebut partus terlantar terjadi apabila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih dari 18 jam pada multipara. Menurut Harjono, 2003 partus lama merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan.
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia khususnya di daerah pedesaan karena masih terdapat 60% persalinan ditolong oleh dukun tidak terlatih.  Insiden partus lama menurut penelitian 2,8%-4,9%. Karena partus lama masih banyak terjadi dan keadaan ini menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan anak masih tinggi dan harus diupayakan mencegah terjadinya partus lama tersebut (Mochtar, 2002).
Di Kab. Tapanuli Tengah kasus partus lama sangat sering terjadi. Biasanya pasien datang setelah ditolong oleh bidan maupun dukun beranak yang ada di wilayah setempat. Akan tetapi apabila sudah tidak dapat ditangani lagi maka biasanya pasien dirujuk ke RSU F.L Tobing Sibolga dan ke RSU Padang Sidempuan.
Data yang diperoleh dari bidan desa yang ada di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah terdapat 30 orang ibu hamil. Oleh karena itu Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah  Tahun 2008”.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ” Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008?”.

C.  Tujuan Penelitian
C.1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah  Tahun 2008
C.2. Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan umur di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008
2.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan pendidikan di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008
3.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan pekerjaan di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008.
4.    Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang partus lama berdasarkan paritas di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah Tahun 2008.

D.  Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan Penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan.
D.2. Bagi Pendidikan
Sebagai informasi tambahan bagi perpustakaan Yayasan pendidikan Winda Nauli Sibolga khususnya tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Partus Lama di Desa Hajoran Kec. Pandan Kab. Tapanuli Tengah  Tahun 2008
D.3. Bagi  Ibu Hamil
Sebagai bahan masukan dalam peningkatan pengetahuan tentang  Partus Lama





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.  Pengetahuan
A.1. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi sesudah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebahagian besar pengatahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003).
A.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:
1.    Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 


2.    Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3.    Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5.    Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6.    Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria yang ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau pakai KB.
A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
            Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
a.    Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang dihitung sejak dilahirkan hingga saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru.
WHO, (2002) menyatakan bahwa penetahuan seseorang diturunkan atau diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. Dengan bertambahnya umur seseorang maka bertambah pula pengalaman sehingga pengetahuannya juga akan semakin bertambah baik.
Menurut Hurlock, usia dini (22-40 tahun) adalah masa  dimana seseorang secara optimal dapat mencapai prestasi yang memuaskan dalam karirnya, pada usia tengah (40-56 tahun) adalah masa dimana seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai sedangkan usia dewasa (>56 tahun) adalah usia tidak produktif lagi. Semakin bertambah umur maka semakin tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan  (Hurlock, 1999). 
b.    Pendidikan
Pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku seseorang yang terjadi melalui pengajaran. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dapat membuatnya untuk lebih mudah menerima ide-ide atau teknologi baru dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin menuntut kualitas.
Perubahan yang cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan yang berpengetahuan baik yang didapatkan dari proses selama mengikuti pendidikan.
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk menerima informasi yang semakin baik (Arikunto, 2002)
c.    Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada di rumah.            
d.    Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh wanita ataupun jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik hidup maupun mati. Semakin sering ibu melahirkan maka akan semakin banyak pengalaman yang diperoleh tentang masa persalinan sehingga akan semakin baik pula pengetahuannya tentang persalinan (Manuaba, 2000).
B.  Partus Lama
B.1. Definisi
Partus lama adalah persalinan  yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi (Mochtar, 2002).
Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multi. Bila persalinan lama dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Schwarz R H, 1998).

B.2. Teori-teori Tentang Partus Lama
Fase persalinan dalam kala I dan kala II sehubungan dengan proses membukanya serviks ialah fase laten  yaitu mulai pembukaan 0 sampai dengan 3 cm dalam waktu 8 jam.
Fase laten disebut memanjang jika berlangsung selama lebih dari 20 jam pada primipara atau 14 jam pada multipara. Kontraksi yang tidak mengalami kemajuan akan tetap sama sepanjang waktu. Dirumuskan prapersalinan sebagai suatu periode kontraksi teratur yang tidak mengalami kemajuan tanpa bertambahnya pembukaan serviks yang dapat berlanjut ataupun tidak berlanjut memasuki fase laten tanpa intervensi. Didefinisikan fase laten sebagai periode yang dimulai dengan kontraksi yang mengalami kemajuan yang diiringi dengan penipisan dan pembukaan serviks serta berakhir pembukaan 3-4 cm.
Kadangkala dalam kontraksi perlu beberapa jam atau hari, sebelum serviks wanita membuka sekitar 3 atau 4 cm, umumnya lama prapersalinan atau fase laten pada kala I pada keadaan serviks saat mulainya kontraksi.
Prapersalinan dan fase laten persalinan yang memanjang mengindikasi suatu komplikasi yang menakutkan dan melelahkan bagi ibu.
Pada fase aktif, persalinan aktif memanjang mengacu pada laju pembukaan yang tidak adequat setelah persalinan aktif didiagnosis. Diagnosis laju pembukaan tidak bervariasi kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah kemajuan persalinan. Kurang dari 1,2 cm per jam pada primipara dan kurang dari 1,5 cm pada multipara lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4 cm sampai lengkap.
Karakteristik persalinan aktif memanjang yaitu kontraksi melemah sehingga menjadi kurang kuat, lebih singkat dan lebih jarang; kualitas kontraksi tetap lama seperti semula tidak mengalami kemajuan ataupun melemah; pada pemeriksaan vagina serviks tidak mengalami perubahan.
Lambatnya kemajuan persalinan disebabkan oleh kombinasi penyebab yang berkaitan dengan berbagai faktor
Pemeriksaan fisik selama persalinan meliputi: frekuensi lama dan kekuatan his; inspeksi vagina untuk menentukan cairan atau darah yang keluar; menentukan kedudukan janin; evaluasi denyut jantung janin; memeriksa apakah kandung kemih ibu penuh dapat menahan turunnya kepala janin; periksa dalam dengan sarung tangan steril setiap 3 jam untuk melihat apakah ada kemajuan pembukaan minimal 1 cm setiap jamnya (www.litbang .depkes.go.id.2008).
B.3.  Etiologi
Sebab-sebab terjadinya partus lama adalah multikompleks dan tentu saja tergantung pada pengawasan selama hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.
Faktor-faktor penyebabnya antara lain: kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau kelainan kongenital, primi tua, perut gantung, grandemulti, ketuban pecah dini (Glasier A et all, 2006).
B.4. Gejala Klinik
Menurut Taber B, 2004  adapun gejala klinik yang perlu diperhatikan pada ibu yang mengalami partus lama antara lain:
(1) Pada Ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau terdapat mekonium.
(2) Pada Janin
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau; kaput suksedaneum yang besar, Moulage kepala yang hebat, kematian janin dalam kandungan (KJDK), kematian janin intra partal (KJIP).
B.5. Penanganan
          Disesuaikan dengan penyebab persalinan lama, penanganan dilakukan dengan memperhatikan indikasi, syarat, kontraindikasi dan komplikasi akselerasi persalinan persalinan dan lain sebagainya.
(1)  Perawatan Pendahuluan
Suntikan Cortone asetat: 100-200 mg intramuskular; penisilin prokain: 1 juta unit intramuskular; sterptomisin: 1 gram intramuskular; infus cairan: larutan garam fisiologis, larutan glukose 5-10%;  istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali keadaan mengharuskan untuk segera bertindak.
(2)  Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vacum, ekstraksi forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, sectio saecaria dan lain-lain (Rayburn W F, 2001).



















1 komentar:

Ayo kirim komentar dan beri saya sebuah kritik ^_^ karena banyak spam jadi komentar nya saya moderasi.maaf :-)